Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Waspada! Tanda-tanda Kelainan Jantung pada Anak yang Sering Nggak Disadari

Penyakit jantung nggak cuma nyerang orang dewasa, bro. Anak-anak, bahkan bayi, juga bisa kena kelainan jantung, dan yang bikin ngeri, gejalanya sering banget nggak kelihatan! Artikel dari Detik Health yang diposting pada 30 April 2025 bikin kita melek: dokter bedah ungkap tanda-tanda kelainan jantung pada anak yang sering diabaikan orang tua. Kabar ini langsung jadi perbincangan di X, dengan postingan dari @detikcom dan @detikHealth yang bikin netizen aware. Di artikel ini, kita bakal bahas apa aja sih tanda-tandanya, cerita nyata yang bikin hati miris, plus tips buat orang tua biar nggak telat tangani. Ada data terbaru dari sumber terpercaya dan fakta yang bikin lo mikir ulang buat cuek sama kesehatan anak. Yuk, simak!

Apa Itu Kelainan Jantung pada Anak?

Kelainan jantung pada anak biasanya dibagi jadi dua: kelainan jantung bawaan (KJB) dan kelainan jantung didapat. KJB adalah masalah jantung yang udah ada sejak lahir, biasanya karena gangguan saat pembentukan jantung di trimester pertama kehamilan. Contohnya, lubang di serambi jantung (ASD), lubang di bilik jantung (VSD), atau katup jantung yang menyempit (stenosis). Sementara itu, kelainan didapat muncul setelah lahir, bisa karena infeksi, reaksi imun, atau komplikasi lain.

Menurut Detik Health, KJB ditemuin pada 8-10 dari setiap 1.000 kelahiran hidup, alias lumayan sering. Yang bikin susah, gejala KJB sering nggak jelas, apalagi di tahap awal. Banyak orang tua yang nggak sadar anaknya punya masalah jantung sampe kondisinya udah parah. Makanya, dokter bedah jantung anak, Dr. Michael McConnell dari Stanford Children’s Health, bilang penting banget buat kenalin tanda-tanda halus ini sejak dini.

Tanda-tanda Kelainan Jantung pada Anak

Dikutip dari Detik Health, berikut beberapa tanda kelainan jantung pada anak yang sering diabaikan:

  • Kulit kebiruan (sianosis): Bibir, kuku, atau kulit anak kelihatan biru, terutama pas nangis atau nyusu. Ini tanda darah nggak dapet cukup oksigen, biasanya karena KJB kayak tetralogi Fallot.

  • Sesak napas atau napas cepat: Anak sering ngos-ngosan, apalagi pas makan atau main. Bisa jadi jantungnya nggak kuat pompa darah dengan baik.

  • Berat badan nggak naik: Bayi atau anak susah gemuk meski makan cukup, karena jantung kerja ekstra keras buat pompa darah.

  • Kelelahan ekstrem: Anak gampang capek, males main, atau sering ketiduran, padahal anak seusianya biasanya aktif.

  • Jantungan cepat atau nggak teratur: Denyut jantung anak terasa ngebut atau nggak stabil, bisa jadi tanda aritmia (kelainan irama jantung).

  • Bengkak di kaki atau perut: Penumpukan cairan (edema) di kaki, pergelangan kaki, atau perut bisa nunjukkin jantung lemah.

  • Sering pingsan: Anak tiba-tiba pingsan pas main atau olahraga, bisa karena aliran darah ke otak terganggu.

Dr. McConnell bilang, tanda-tanda ini sering dikira masalah lain, kayak asma, infeksi paru, atau cuma “anak lelet tumbuh.” Padahal, kalau nggak ditangani cepet, kelainan jantung bisa berujung ke gagal jantung, stroke, atau bahkan kematian mendadak. National Heart, Lung, and Blood Institute juga bilang, deteksi dini bisa ningkatin peluang anak buat hidup normal.

Cerita Nyata: Ketika Kelainan Jantung Bikin Hati Orang Tua Hancur

Kisah nyata yang bikin nyesek datang dari keluarga di Jakarta, yang kehilangan anaknya, Aisyah, pada 2023 karena KJB yang telat terdeteksi. Dilansir dari Detik Health, Aisyah, yang baru berusia 2 tahun, sering ngos-ngosan dan kulitnya kebiruan, tapi orang tuanya kira itu cuma pilek biasa. Pas dibawa ke dokter, ternyata Aisyah punya VSD yang udah parah. Meski sempat operasi, Aisyah nggak tertolong. Cerita ini bikin banyak orang tua sadar betapa pentingnya cek kesehatan jantung anak sejak dini.

Di luar negeri, ada kasus bocah 5 tahun dari Inggris, Jack, yang divonis aritmia setelah pingsan di lapangan sepak bola pada 2024. Dilansir dari Express UK, Jack awalnya cuma kelihatan capek dan sering ngeluh jantungan cepet. Untungnya, orang tuanya langsung bawa ke dokter, dan Jack dapet alat pacu jantung yang nolong nyawanya. Kisah ini nunjukkin bahwa tindakan cepet bisa bikin beda antara hidup dan mati.

Di Indonesia, kasus serupa juga banyak. Pada 2021, Detik Health nulis soal bayi bernama Rian yang lahir dengan tetralogi Fallot, kondisi jantung bawaan yang bikin kulitnya biru. Berkat operasi di usia 6 bulan, Rian sekarang bisa main kayak anak lain. Cerita-cerita ini bikin kita mikir: seberapa sering kita ngira anak cuma “lelet” padahal ada masalah serius?

Data Terkini: Kelainan Jantung pada Anak di Indonesia dan Dunia

Menurut Kementerian Kesehatan RI, penyakit jantung bawaan adalah salah satu kelainan bawaan paling umum di Indonesia, dengan angka kejadian sekitar 8-10 per 1.000 kelahiran hidup. Sayangnya, banyak kasus baru terdeteksi pas anak udah besar karena kurangnya skrining dini. Data dari WHO bilang, penyakit jantung pada anak menyumbang sekitar 1% kematian global di bawah usia 5 tahun, dan sebagian besar bisa dicegah dengan deteksi dini.

Di sisi lain, studi dari The Lancet pada 2023 nunjukkin bahwa akses ke operasi jantung anak di negara berkembang, termasuk Indonesia, masih terbatas. Hanya 7% anak dengan KJB di negara berpenghasilan rendah yang dapet operasi tepat waktu, dibandingkan 90% di negara maju. Ini bikin angka kematian anak akibat kelainan jantung di Indonesia masih tinggi.

Postingan di X dari @detikHealth pada 30 April 2025 bilang, “Kelainan jantung pada anak kerap tak disadari oleh orang tua. Dokter bedah menjelaskan tanda-tanda yang wajib dikenali agar kelainan ini dapat segera ditangani.” Postingan ini dapet ribuan retweet, nunjukkin betapa pentingnya awareness soal ini.

Faktor Risiko dan Penyebab

Kelainan jantung pada anak bisa disebabkan oleh beberapa hal, menurut Mayo Clinic:

  • Faktor genetik: Mutasi gen atau riwayat keluarga dengan KJB ningkatin risiko. Misalnya, anak dengan Down syndrome punya peluang 50% kena KJB.

  • Infeksi selama kehamilan: Rubella atau infeksi lain di trimester pertama bisa ganggu pembentukan jantung janin.

  • Gaya hidup ibu: Merokok, alkohol, atau diabetes yang nggak terkontrol selama hamil bisa picu KJB.

  • Infeksi setelah lahir: Endokarditis atau infeksi jantung bisa bikin kelainan didapat, terutama kalau anak punya sistem imun lemah.

Buat kelainan didapat, Detik Health bilang infeksi kayak demam reumatik masih jadi penyebab utama di Indonesia, terutama di daerah dengan akses kesehatan terbatas.

Tips buat Orang Tua: Jangan Abaikan Tanda Kecil

Dokter bilang, deteksi dini adalah kunci buat nolong anak dengan kelainan jantung. Berikut tips simpel buat orang tua, berdasarkan saran dari American Heart Association dan Detik Health:

  1. Skrining saat hamil: USG janin di trimester kedua bisa deteksi KJB sejak dini. Pastiin ibu hamil rutin cek ke dokter kandungan.

  2. Cek fisik bayi: Perhatiin warna kulit, pola napas, dan berat badan anak. Kalau ada yang aneh, langsung konsultasi ke dokter anak.

  3. Tes jantung: Elektrokardiogram (EKG) atau ekokardiogram bisa cek kondisi jantung anak. Kalau anak sering pingsan atau sesak, jangan tunda tes ini.

  4. Vaksinasi lengkap: Vaksin rubella dan infeksi lain bisa kurangin risiko KJB. Pastiin ibu hamil juga udah divaksin sebelum hamil.

  5. Gaya hidup sehat: Ibu hamil hindari rokok, alkohol, dan kelola diabetes. Ini bisa kurangin risiko KJB.

Kalau anak udah divonis KJB, jangan panik. Banyak kasus bisa ditangani dengan operasi atau obat. Children’s Hospital of Philadelphia bilang, 85% anak dengan KJB yang ditangani cepet bisa hidup normal sampe dewasa.

Refleksi: Kesehatan Anak Adalah Prioritas

Cerita Aisyah, Jack, dan Rian nunjukkin satu hal: kelainan jantung pada anak bukan hal sepele. Di tengah kesibukan, orang tua sering lupa perhatiin tanda-tanda kecil kayak sesak napas atau kulit kebiruan. Padahal, menurut Detik Health, deteksi dini bisa selametin nyawa anak. Apalagi, data dari Kemenkes RI bilang fasilitas kesehatan di Indonesia udah mulai membaik, jadi nggak ada alasan buat nunda cek kesehatan.

Kelainan jantung pada anak mungkin nggak selalu kelihatan, tapi tanda-tandanya ada di depan mata kalau lo jeli. Dari kulit kebiruan sampe anak yang gampang capek, semua itu bisa jadi sinyal bahaya. Dengan skrining dini, cek kesehatan rutin, dan gaya hidup sehat, lo bisa bantu anak stay sehat dan bahagia. Jangan sampe cerita kayak Aisyah terulang, bro. Jadi, mulai sekarang, perhatiin anak lo baik-baik, dan jangan ragu ke dokter kalau ada yang nggak beres. Kesehatan anak adalah investasi terbesar!

Posting Komentar untuk "Waspada! Tanda-tanda Kelainan Jantung pada Anak yang Sering Nggak Disadari"